Selain faktor genetik, kecerdasan seorang bayi atau anak juga tergantung pada faktor
lingkungan. Di antaranya, nutrisi yang baik, imunisasi, dan stimulasi atau
rangsangan.
Bayi
yang mendapat rangsangan secara tepat dan berkesinambungan tentu akan
mempengaruhi perkembangan otaknya. Dengan begitu diharapkan perkembangan fisik,
mental, dan intelektualnya akan melampaui kemampuan dasar atau potensi
genetiknya.
Penelitian membuktikan bahwa pengalaman dan rangsangan yang diterima pada tahun pertama kehidupan akan berpengaruh pada perkembangan dan fungsi otaknya di kemudian hari.
Penelitian membuktikan bahwa pengalaman dan rangsangan yang diterima pada tahun pertama kehidupan akan berpengaruh pada perkembangan dan fungsi otaknya di kemudian hari.
Kartini Sapardjiman, Ketua Senam Otak Indonesia, mengatakan, kecerdasan bayi juga bisa dioptimalkan dengan senam otak. Senam otak adalah latihan yang terangkai atas gerakan-gerakan tubuh yang dinamis dan menyilang. Senam ini mendorong keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan. Diharapkan, potensi kedua belahan otak akan seimbang sehingga kecerdasan anak pun menjadi maksimal.
"Selama
ini banyak orang hanya menggunakan otak kirinya saja sehingga potensi otak
kanannya tidak dimanfaatkan secara maksimal," kata Kartini, dalam seminar
"Senam Otak Ibu Hamil dan Bayi Merangsang Potensi Otak Sejak Dini"
yang diselenggarakan atas kerja sama Klub Brain Gym Omni Medical Center (OMC)
Kelapa Gading dan RS OMC Pulomas, Jakarta.
Pada kesempatan yang sama, ahli anak RS Omni Medical Center, dr Caroline Mulawi, mengatakan, stimulasi pada bayi bisa dilakukan sejak bayi dalam kandungan, yaitu sejak usia kehamilan tiga bulan.
Pada kesempatan yang sama, ahli anak RS Omni Medical Center, dr Caroline Mulawi, mengatakan, stimulasi pada bayi bisa dilakukan sejak bayi dalam kandungan, yaitu sejak usia kehamilan tiga bulan.
"Stimulasi
bisa berupa suara dan taktil (rabaan). Dari beberapa penelitian menunjukkan,
bayi yang mendapat stimulasi ketika dalam kandungan memiliki tingkat
inteligensia lebih tinggi 14 poin daripada yang tidak mendapatkan
stimulasi," kata Caroline.
Stimulasi
harus dilakukan tiap hari pada setiap kesempatan berinteraksi dengan bayi,
misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan,
menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, bahkan menjelang
tidur. Stimulasi harus dilakukan dalam suasana aman, nyaman, menyenangkan, penuh
kasih sayang, dan gembira.
Pada
prinsipnya, semua ucapan, sikap, dan perbuatan ibu atau pengasuh yang
berulang-ulang akan terekam dalam otak bayi sehingga akan berisiko ditiru oleh
bayi. Apa yang bayi lihat, dengar, atau rasakan akan menjadi pengalaman baru
bagi bayi sehingga dia akan mencoba melakukannya sendiri.
SEJAK
tahun 2001 sudah ditemukan senam otak yang bisa mengoptimalkan perkembangan dan
potensi otak. Otak terbagi menjadi dua, otak belahan kanan dan otak belahan
kiri. Otak kanan berfungsi untuk intuitif, merasakan, bermusik, menari,
kreatif, melihat keseluruhan, dan ekspresi badan. Sedangkan otak belahan kiri
bertugas untuk berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, berorientasi
pada waktu, dan hal-hal rinci.
Senam
otak dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan dan kinesis (gerakan) akan
menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka
bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat.
Senam
otak ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk bayi. Senam otak pada bayi
sebenarnya sangat sederhana. Contohnya, menggerakkan anggota badan secara
menyilang dengan perantara mainan. Bisa berbentuk robot, boneka, bola, balon,
atau apa saja yang sesuai dengan usia anak. Hal yang penting, gerakan yang
dilakukan anak melewati garis tengah antara tubuh bagian kanan dan tubuh bagian
kiri.
Kemampuan
belajar paling tinggi tercapai jika dua belah otak, dua mata, dan dua telinga
aktif serta bisa bekerja sama dengan baik. Selain itu, gerak badan juga
terkoordinasi dan seimbang. Pertemuan gerakan yang menyilang ini merupakan
pusat dari senam otak.
Senam otak dilakukan melalui tiga dimensi, yakni lateralitas komunikasi, pemfokusan pemahaman, dan pemusatan pengaturan. Lateralitas komunikasi (dimensi kiri-kanan) bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan belajar. Gerakannya menyangkut mendengar, melihat, menulis, bergerak, dan sikap positif. Gerakan-gerakan itu menyerap kemampuan komunikasi yang lebih cepat.
Senam otak dilakukan melalui tiga dimensi, yakni lateralitas komunikasi, pemfokusan pemahaman, dan pemusatan pengaturan. Lateralitas komunikasi (dimensi kiri-kanan) bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan belajar. Gerakannya menyangkut mendengar, melihat, menulis, bergerak, dan sikap positif. Gerakan-gerakan itu menyerap kemampuan komunikasi yang lebih cepat.
Misalnya,
bola digerakkan ke kiri ke kanan di depan bayi, atau bayi memegang mainan lalu
digerakkan ke kiri ke kanan. Bisa juga mainan yang berbunyi digerakkan ke kiri
ke kanan secara menyilang. Bertepuk-tepuk tangan juga melatih pendengaran bayi.
Bayi memegang jari kita lalu digerakkan ke kiri ke kanan, atau membentuk angka
delapan tidur. Apa pun gerakannya asal berdimensi ke kiri ke kanan.
Pemfokusan
pemahaman (dimensi muka-belakang) bermanfaat membantu kesiapan dan konsentrasi
untuk menerima hal-hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui.
Gerakan berupa latihan meregangkan otot menyangkut konsentrasi, pengertian, dan
pemahaman. Misalnya dengan melipat lutut dan sikut bayi berulang kali atau
mengangkat tangan ke atas lalu digerakkan ke muka ke belakang.
Pemusatan
pengaturan (dimensi atas-bawah) membantu meningkatkan energi yang menyangkut
berjalan, mengorganisasi, tes atau ujian. Hal ini bermanfaat untuk membantu
seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki serta mengontrol emosi, seperti
menggerakkan kepala ke atas ke bawah, mengangkat beban ringan atau benda
lainnya, kemudian digerakkan ke atas ke bawah. (Dari www.depkes.go.id)
Komentar
Posting Komentar